SELUK BELUK MENANAM SORGUM ( JAGUNG CANTEL )
1. SELAYANG PANDANG
Sorgum
(Sorghum
bicolor L.)
adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan
dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di
Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi
yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input
lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibading
tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan
nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber
bahan pangan maupun pakan ternak alternatif.
Tanaman
sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya
di daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama
Cantel,
dan biasanya petani menanamnya secara tumpang sari dengan tanaman
pangan lainnya. Produksi sorgum Indonesia masih sangat rendah, bahkan
secara umum produk sorgum belum tersedia di pasar-pasar.
Sorgum
bukan merupakan tanaman asli Indonesia tapi berasal dari wilayah
sekitar sungai Niger di Afrika. Domestikasi sorgum dari Etiopia ke
Mesir dilaporkan telah terjadi sekitar 3000 tahun sebelum masehi.
Sekarang, sekitar 80 % areal pertanaman sorgum berada di wilayah
Afrika dan Asia, namun produsen sorgum dunia masih didominasi oleh
Amerika Serikat, India, Nigeria, Cina, Mexico, Sudan dan Argentina.
Di
Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani khususnya di Jawa,
NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, sering
ditanam oleh petani sebagai tanaman sela atau tumpang sari dengan
tanaman lainnya. Budidaya, penelitian dan pengembangan tanaman sorgum
di Indonesia masih sangat terbatas, bahkan secara umum produk sorgum
belum begitu populer di mastarakat. Padahal sorgum memiliki potensi
besar untuk dapat dibudidayakan dan dikembangkan secara komersial
karena memiliki daya adaptasi luas, produktivitas tinggi, perlu input
relatif lebih sedikit, tahan terhadap hama dan penyakit tanaman,
serta lebih toleran kondisi marjinal (kekeringan, salinitas dan lahan
masam). Dengan daya adaptasi sorgum yang luas tersebut membuat sorgum
berpeluang besar untuk dikemangkan di Indonesia sejalan dengan
optimalisasi pemanfaatan lahan kosong, yang kemungkinan berupa lahan
marginal, lahan tidur, atau lahan non-produktif lainnya.
Sorgum
adalah tanaman serbaguna yang banyak kegunaannya. Sebagai sumber
bahan pangan global sorgum berada di peringkat ke-5 setelah gandum,
padi, jagung dan barley. Sedangkan menurut laporan U.S. Grain Council
(2005), di Amerika Serikat sorgum merupakan serealia terpenting
ketiga. Sorgum dilaporkan memiliki kandungan nutrisi yang baik,
bahkan kandungan protein dan unsur-unsur nutrisi penting lainnya
lebih tinggi daripada beras sperti terlihat dalam Tabel 1.
Selain
digunakan sebagai sumber pangan, sorgum juga dimanfaatkan untuk pakan
ternak, yaitu biji sorgum untuk bahan campuran ransum pakan ternak
unggas, sedangkan batang dan daun sorgum (stover) untuk ternak
ruminansia.
Biji
sorgum yang mengandung karbohidrat cukup tinggi sering digunakan
sebagai bahan baku bermacam industri seperti industri beer, pati,
gula cair (sirup), jaggery (semacam gula merah), etanol, lem, cat,
kertas, degradable plastics dan lain-lain. Adapula jenis sorghum yang
batangnya mengandung kadar gula cukup tinggi dan disebut sorgum manis
(sweet sorghum). Sorgum manis sangat ideal digunakan untuk pakan
ternak ruminansia, gula cair (sirup), jaggery dan bioetanol .
Tabel
1. Perbandingan unsur nutrisi sorgum dengan pangan lainnya.
Unsur
Nutrisi
|
Kandungan/100
g
|
||||
Beras
|
Jagung
|
Singkong
|
Sorgum
|
Kedele
|
|
Kalori
(cal)
|
360
|
361
|
146
|
332
|
286
|
Protein
(g)
|
6.8
|
8.7
|
1.2
|
11.0
|
30.2
|
Lemak
(g)
|
0.7
|
4.5
|
0.3
|
3.3
|
15.6
|
Karbohidrt
(g)
|
78.9
|
72.4
|
34.7
|
73.0
|
30.1
|
Kalsium
(mg)
|
6.0
|
9.0
|
33.0
|
28.0
|
196.0
|
Besi
(mg)
|
0.8
|
4.6
|
0.7
|
4.4
|
6.9
|
Posfor
(mg)
|
140
|
380
|
40
|
287
|
506
|
Vit. B1
(mg)
|
0.12
|
0.27
|
0.06
|
0.38
|
0.93
|
Sumber:
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1992).
Sorgum
memiliki potensi hasil yang relatif lebih tinggi dibanding padi,
gandum dan jagung. Bila kelembaban tanah bukan merupakan faktor
pembatas, hasil sorgum dapat melebihi 11 ton/ha dengan rata-rata
hasil antara 7-9 ton/ha. Pada daerah dengan irigasi minimal,
rata-rata hasil sorgum dapat mencapai 3-4 ton/ha. Selain itu, sorgum
memiliki daya adaptasi luas mulai dari dataran rendah, sedang sampai
dataran tinggi. Hasil biji yang tinggi biasanya diperoleh dari
varietas sorgum berumur antara 100-120 hari. Varietas sorgum berumur
dalam cenderung akan cocok bila digunakan sebagai tanaman pakan
ternak (forage
sorghum).
Sorgum
terkenal sebagai tanaman yang tahan tumbuh pada kondisi kekeringan.
Secara fisiologis, permukaan daun sorgum yang mengandung lapisan
lilin dan sistem perakaran yang ekstensif, fibrous dan dalam
cenderung membuat tanaman efisien dalam absorpsi dan pemanfaatan air
(laju evavotranspirasi sangat rendah). Untuk menghasilkan 1 kg
akumulasi bahan kering sorgum hanya memerlukan 332 kg air, sedangkan
jagung, barley dan gandum berturut-turut memerlukan 368, 434 dan 514
kg air. Dibanding tanaman jagung, sorgum juga memiliki sifat yang
lebih tahan terhadap genangan air, kadar garam tinggi dan keracunan
aluminium .
Berdasarkan
bentuk malai dan tipe spikelet, sorgum diklasifikasikan ke dalam 5
ras yaitu ras Bicolor, Guenia, Caudatum, Kafir, dan Durra. Ras Durra
yang umumnya berbiji putih merupakan tipe paling banyak dibudidayakan
sebagai sorgum biji (grain
sorgum)
dan digunakan sebagai sumber bahan pangan. Diantara ras Durra
terdapat varietas yang memiliki batang dengan kadar gula tinggi
disebut sebagai sorgum manis (sweet
sorghum).
Sedangkan ras-ras lain pada umumnya digunakan sebagai biomasa dan
pakan ternak.
II.
DESKRIPSI TANAMAN SORGUM
2.1
Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi
ilmiah tanaman sorgum menurut USDA (United
States Departement of Agriculture)
adalah sebagai berikut:
Kerajaan
:Plantae
Subkerajaan
:Tracheobionta
Terdapat
30 spesies sorgum, yaitu :Sorghum
almum, Sorghum
amplum, Sorghum
angustum,Sorghum
arundinaceum, Sorghum
bicolor, Sorghum
brachypodum, Sorghum
bulbosum,Sorghum
burmahicum, Sorghum
controversum, Sorghum
drummondii, Sorghum
ecarinatum,Sorghum
exstans, Sorghum
grande, Sorghum
halepense. Sorghum
interjectum,Sorghum
intrans,Sorghum
laxiflorum,Sorghum
leiocladum, Sorghum
macrospermum, Sorghum
matarankense,Sorghum
miliaceum, Sorghum
nitidum, Sorghum
plumosum, Sorghum
propinquum, Sorghum
purpureosericeum, Sorghum
stipoideum, Sorghum
timorense,Sorghum
trichocladum, Sorghum
versicolor, Sorghum
virgatum, Sorghum
vulgare,Andropogon
sorghum.
2.2
Morfologi Tanaman Sorgum
Tanaman
sorgum (Sorghum
bicolor)
merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga
sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di
dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle (susunan
bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung
tanaman.
Bentuk
tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang membedakan
adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna
sedangkan sorgum bunga sempurna. Morfologi dari tanaman sorgum
adalah:
- Akar : tanaman sorgum memiliki akar serabut
- Batang : tanaman sorgum memiliki batang tunggal yang terdiri atas ruas-ruas
- Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan auricle
- Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir sorgum.
Pada
daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan
epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman
sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah.
Lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam
cekaman kekeringan.
Pada
umumnya biji sorgum berbentuk bulat dengan ukuran biji kira -kira 4 x
2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg – 50 mg, rata-rata
berat 28 mg. Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas:
–
sorgum
biji kecil (8 – 10 mg)
–
sorgum
biji sedang ( 1 2 – 24 mg)
–
sorgum
biji besar (25-35 mg)
Kulit
biji ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih
disebut sorgum kafir dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya
termasuk varietas Feterita. Warna biji in] merupakan salah satu
kriteria menentukan kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih terang
akan menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk
digunakan sebagai makanan lunak, roti dan lain-lainnya. Sedangkan
varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna
gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan
dasar pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warna biji ini, biasanya
digunakan larutan asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah
difermentasikan dan kemudian digiling menjadi pasta tepung.
III. BUDIDAYA
TANAMAN SORGUM
3.1 Syarat
Tumbuh
Tanaman
sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan kurang subur,
air yang terbatas dan masukkan (input) yang rendah, bahkan dilahan
yang berpasir pun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam
pada daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan
terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang.
Menurut
hasil penelitian, lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang optimum
untuk pertanaman sorgum adalah :
·
Suhu optimum 23° 30° C
·
Kelembaban relatif 20% 40%
·
Suhu tanah ± 25° C
·
Ketinggian ≤ 800 m dpl
·
Curah hujan 375 – 425 mm/th
· pH
5,0 – 7,5
Selain
persyaratan di atas sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah podzolik
merah kuning yang masam, namun untukmemperoleh pertumbuhan dan
produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung
pasir dan bahan organik yang cukup. Tanaman sorgum dapat beradaptasi
pada tanah yang sering tergenang air pada saat banyak turun hujan
apabila system perakarannya sudah kuat.
3.2
Penyiapan Lahan
Lahan
dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian dicangkul
atau dibajak 2 kali setelah itu baru digaru dan diratakan. Setelah
tanah diratakan, dibuat saluran drainase di sekeliling atau di tengah
lahan. Ukuran petakan disesuaikan dengan keadaan lahan. Untuk lahan
yang hanya mengandalkan residu air tanah, pengolahan hanya dilakukan
secara ringan dengan mencangkul tipis permukaan tanah untuk mematikan
gulma.
Pengolahan
tanah secara ringan sangat efektif untuk menghambat penguapan air
tanah sampai tanaman panen. Tanah yang sudah diolah sebaiknya
diberikan pupuk organik, misalnya pupuk kandang atau kompos.
Pengolahan tanah ini bertujuan antara lain untuk memperbaiki struktur
tanah, memperbesar persediaan air, mempercepat pelapukan, meratakan
tanah dan memberantas gulma. Sebaiknya pengolahan tanah paling baik
dilakukan 2 4 minggu sebelum tanam.
3.3
Pemilihan Varietas
Untuk
mendapatkan hasil yang baik, yang harus diperhatikan adalah penanaman
jenis varietas unggul yang cocok dan sesuai dengan lingkungan hidup
setempat serta penerapan teknik budidaya yang tepat. Varietas unggul
yang dianjurkan untuk ditanam harus memperhatikan kegunaan dan
lingkungan tumbuhnya. Untuk keperluan konsumsi manusia (pangan)
varietas yang dianjurkan antara lain UPCA S1, Keris, Badik dan Hegari
Genjah. Karena varietas ini mempunyai keunggulan seperti berumur
genjah, tinggi batang sedang, berbiji putih dengan rasa olah sebagai
nasi cukup enak.
Varietas
Kawali dan Numbu yang dilepas tahun 2001 juga mempunyai rasa olah
sebagai nasi cukup enak, namun umurnya relatif lebih panjang.
Sedangkan untuk pakan ternak dipilih varietas sorgum yang tahan hama
penyakit, tahan rebah, tahan disimpan dan dapat diratun. Pada
lingkungan yang ketersedian airnya terbatas dan masa tanam yang
singkat dipilih varietasvarietas umur genjah seperti Keris, Badik,
Lokal Muneng dan Hegari Genjah.
Ditinjau
dari segi hasil, varietas umur genjah memang hasilnya jauh lebih
rendah daripada varietas umur sedang atau dalam, tetapi
keistimewaannya dapat segera dipanen, menyelamatkan dari resiko
kegagalan hasil akibat kekeringan.
3.4
Waktu Tanam
Sorgum
dapat ditanam pada sembarang musim tanam asalkan pada saat tanaman
muda tidak tergenang atau kekeringan. Namun begitu waktu tanam yang
paling baik adalah pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau.
Pada
areal yang telah disiapkan sebelumnya dibuatkan lubang tanam dengan
jarak tanam disesuaikan dengan varietas yang digunakan, ketersediaan
air dan tingkat kesuburan tanah. Pada tanah yang kurang subur dan
kandungan air tanah rendah sebaiknya di gunakan jarak tanam lebih
lebar atau populasi tanam dikurangi dari populasi baku (seharusnya).
3.5
Penanaman
Jarak
tanam sorgum dapat bervariasi sesuai dengan varietas yang digunakan,
ketersediaan air tanah dan kesuburan. Untuk mencapai hasil yang
optimum, varietas pendek dan sedang memerlukan jarak tanam yang lebih
rapat dibandingkan dengan varietas tinggi.
Pada
jenis varietas sedang sampai batas tertentu terjadi kenaikkan hasil
dengan semakin tingginya populasi tanam. Sedangkan kebutuhan benih
untuk pertanaman sorgum berkisar 10 kg/ha dengan jarak tanam 70 cm x
20 cm atau 15 – 20 kg/ha dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm.
Pada
tanah yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah, sebaiknya
digunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam kurang dari
populasi baku. Untuk mengurangi penguapan air tanah, jarak tanam
antar baris dipersempit tetapi jarak dalam baris diperlebar.
Menanam
sorgum dapat dilakukan dengan cara ditugal seperti halnya menanam
jagung, bila jarak tanamnya tidak terlalu rapat. Lubang tanam diisi
sekitar 3 5 biji, kemudian ditutup dengan tanah ringan. Penutupan
tanah secara padat dan berat menyebabkan biji sukar berkecambah.
Tanaman
rapat dilakukan dengan menyebar biji di sepanjang alur garitan
dan pengaturan jarak tanam dilakukan pada saat penjarangan. Tetapi
cara ini hanya dapat dilakukan pada tanah yang mempunyai struktur
gembur.
Setelah
umur 3 minggu, tanaman harus segera dijarangi dan ditinggalkan 2
tanaman agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimum. Pertanaman
yang hanya mengandalkan residu air tanah tidak perlu digemburkan.
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke 2 (3 – 4 minggu
setelah tanam), dengan tujuan untuk memperkokoh kedudukan tanaman dan
untuk menekan penguapan air tanah.
3.6
Pemeliharaan
a.
Pengairan
Tujuan
pengairan adalah menambah air bila tanaman kekurangan air. Bila tidak
kekurangan maka pengairan tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, bila
kebanyakan air justru harus segera dibuang dengan cara membuat
saluran drainase.
Sorgum
termasuk tanaman yang tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak,
tanaman ini tahan terhadap kekeringan, tetapi ada masa tertentu
tanaman tidak boleh kekurangan air yaitu :
·
Tanaman berdaun empat, masa bunting waktu biji malai berisi; pada
waktu tersebut tanaman tidak boleh kekurangan.
·
Selama pertumbuhan pemberian air cukup dilakukan 3 – 6 kali setiap
4 – 10 hari
sekali.
·
Pemberian air dilakukan pada sore/malam hari, setelah suhu tanah
tidak terlalu
tinggi.
·
Pemberian air dihentikan setelah biji mulai agak mengeras, hal ini
dikarenakan
agar
biji dapat masak dengan serempak.
b.
Pemupukan.
Tanaman
sorgum banyak membutuhkan pupuk N (Nitrogen), Namun demikian
pemupukan sebaiknya diberikan secara lengkap (NPK) agar produksi yang
dihasilkan cukup tinggi. Dosis pemupukan yang diberikan berbeda-beda
tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan varietas yang ditanam,
tetapi secara umum dosis yang dianjurkan adalah 200 kg Urea, 100 kg
TSP atau SP36 dan 50 kg KCl.
Pemberian
pupuk Urea diberikan dua kali, yaitu 1/3 bagian diberikan pada waktu
tanam sebagai pupuk dasar bersamasama dengan pemberian pupuk TSP/SP36
dan KCl. Sisanya (2/3 bagian) diberikan setelah umur satu bulan
setelah tanam. Pemupukan dasar dilakukan saat tanam dengan cara di
tugal sejauh 7 cm dari lubang tanam. Urea dan TSP/SP36 dimasukkan
dalam satu lubang, sedang KCl dalam lubang di sisi yang lain.
Pemupukan
kedua juga ditugal sejauh ± 15 cm dari barisan, kemudian ditutup
dengan tanah. Lubang tugal baik untuk pupuk dasar maupun susulan
sedalam ± 10 cm.
c.
Penjarangan Tanaman
Pertumbuhan
tanaman sorgum biasanya sudah merata/seragam pada umur 2 minggu
setelah tanam. Namun demikian tidak semuanya tanaman yang tumbuh di
tiap lubang dengan baik.
Apabila
terdapat tumbuh yang kurang baik perlu dilakukan
penjarangan
dengan mencabut tanaman yang kurang baik tersebut. Sehingga pada tiap
lubang tersisa tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen.
d.
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma) hingga
perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran
tanaman utama. Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman
utama dalam mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah
atau bahkan menjadi tempat hama atau penyakit.
Oleh
sebab itu gulma harus secara rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut
sebaiknya ditampung atau dikubur di suatu tempat agar membusuk
sehingga kemudian dapat dijadikan kompos.
e.
Pembubunan
Pembubunan
dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum,
kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman
sorgum sehingga membentuk guludanguludan kecil yang bertujuan untuk
mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang
terbentuknya akarakar baru pada pangkal batang.
f.
Pengendalian hama penyakit
Tanaman
Sorgum termasuk tanaman yang sedikit terserang hama penyakit bila
dibandingkan dengan tanaman lainnya. Namun terdapat beberapa hama dan
penyakit tanaman sorgum yang utama seperti :
·
Lalat bibit (Atherigona
exiqua Stein)
Lalat
bibit ini menyerang tanaman di bagian pangkal batang tanaman dengan
menggerek dan menyerang tanaman sorgum muda (berumur 3 minggu setelah
tanam) sehingga menyebabkan berlubang kecil tidak teratur dan
akhirnya tanaman menjadi layu mati. Pengendalian lalat bibit dapat
dilakukan dengan melakukan pertanaman serempak dan menaburkan
insektisida 10 kg Furadan 3 G per hektar pada saat tanam.
·
Ulat Tanah (Agrotis
sp)
Ulat
ini biasanya menyerang tanaman pada malam hari dengan sasaran tanaman
sorgum stadium muda. Serangannya menyebabkan pangkal batang tanaman
terpotong tepat diatas permukaan tanah sehingga bekas serangannya
tampak terkulai. Cara pengendalian dengan menaburkan insektisida
Furadan 3 G berdosis 20 30 kg/ha yang dilakukan bersamaan saat
penanaman.
·
Hama bubuk
Disebabkan
oleh serangan Sitophilus
sp yang
menyerang biji sorgum di gudang penyimpanan. Serangga ini menyerang
biji sorgum yang berlubanglubang dan keropos sehingga tidak layak
untuk dikonsumsi. Pengendalian hama bubuk ini dengan cara menyimpan
biji sorgumyang dicampur dengan serbuk daun putri malu (Mimosa
pudica)
dengan perbandingan 10 : 1. Hal ini disebabkan karena daun putri malu
mengandung protein mimosan yang dapat merusak dan menghambat
pertumbuhan larva hama bubuk.
·
Karat daun
Gejala
serangannya adalah munculnya nodanoda kecil berwarna merah karat yang
kemudian diikuti dengan timbulnya massa tepung berwarna coklat
kekuningkuningan yang menutupi permukaan daun. Pengendaliannya dengan
cara memangkas daun yang terinfeksi berat dan melakukan
pergiliran/rotasi tanaman.
·
Bercak daun
Ditandai
dengan munculnya bercak bulat berukuran kecil dan berwarna kuning
yang dikelilingi warna coklat pada daun yang terinfeksi. Pengendalian
penyakit bercak dapat dilakukan dengan menanam varietas yang tahan
(Mandau) dan disemprot dengan fungisida (Dithane M45 atau Antracol 70
WP).
·
Kapang Jelaga
Gejala
serangan pada permukaan atas daun tertutup oleh lapisan yang berwarna
hitam, kering dan tipis dan dapat dikendalikan dengan menyemprotkan
kapur atau menghembuskan belerang
IV. PANEN
DAN PASCA PANEN
Untuk
mendapatkan hasil panen yang optimal, waktu musim penanaman
diusahakan tepat sehingga pada saat pemasakan biji sampai panen
berada pada musim kering. Karena apabila pada waktu pemasakan pada
musim hujan dikhawatirkan banyak biji yang busuk dan berkecambah.
Kualitas
dan kuantitas hasil panenan sorgum sangat ditentukan oleh ketepatan
waktu (baik tanam maupun panen), cara panen dan penanganan pasca
panen.
4.1
Panen
Tanaman
sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3 – 4 bulan tergantung
varietas. Penentuan saat panen sorgum dapat dilakukan dengan
berpedoman pada umur setelah biji terbentuk atau dengan melihat
ciriciri visual biji. Pemanenan juga dapat dilakukan setelah terlihat
adanya cirri-ciri seperti daun-daun berwarna kuning dan mengering,
biji -biji bernas dan keras serta berkadar tepung
maksimal.
Tabel
2. Umur Panen Tanaman Sorgum Berdasarkan Varietas
No.
|
Varietas
|
Umur
Panen (hst)
|
1.
|
Malang
No. 26
|
110 –
120
|
2.
|
Birdproof
No. 65
|
105 –
115
|
3.
|
Katengu
No. 183
|
105 –
115
|
4.
|
Pretoria
No. 184
|
100 –
105
|
5.
|
Cempaka
(Ekwangit)
|
100 –
110
|
6.
|
Numbu
|
100 –
105
|
7.
|
Kawali
|
100 –
110
|
Panen
yang dilakukan terlambat atau melampaui stadium buah tua dapat
menurunkan kualitas biji. Biji-biji akan mulai berkecambah bila
kelembaban udara cukup tinggi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada
keadaan cuaca cerah/terang. Pada saat pemanenan sebaiknya pemotongan
dilakukan pada pangkal tangkai/malai buah sorgum dengan panjang
sekitar 15 – 25 cm.
Untuk
meningkatkan produksi sorgum dapat dilakukan budidaya lanjutan dengan
cara ratun (ratoon) yaitu pemangkasan batang tanaman pada musim panen
pertama yang dilanjutkan dengan pemeliharaan tunas-tunas baru pada
periode kedua.
Adapun
tata cara budidaya sorgum ratun setelah panen musim pertama adalah
sebagai berikut :
·
Seusai panen pada musim pertama segera dilakukan pemotongan
batang yang tua
tepat
diatas permukaan tanah.
·
Tanah disekitar tanaman sorgum dibersihkan dari rumput liar/gulma.
· Di
buatkan larikan kecil sejauh 10 15 cm dari pangkal batang tanaman
sorgum
kemudian
disebarkan pupuk yang terdiri dari 45 kg Urea + 100 kg TSP + 50 kg
KCl
per hektar. Satu bulan kemudian diberikan pupuk susulan berupa 90 kg
Urea/ha.
·
Tanaman yang berasal dari tunas-tunas baru (ratun) dipelihara dengan
baik seperti
pada
pemeliharaan tanaman periode pertama.
·
Pada stadium buah tua dilakukan panen musim
ke dua.
Hal
yang sangat perlu diperhatikan adalah tata cara pemotongan batang
tanaman. Pemotongan harus tepat dilakukan diatas permukaan tanah agar
tunas-tunas baru tumbuh dari bagian batang yang berada di dalam
tanah. Ratoon sorgum dapat dilakukan 2-3 kali. Dengan
pemeliharaan yang baik, dapat diperoleh hasil ratoon menyamai atau
melebihi tanaman induknya, seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel
3. Hasil Sorgum UPCA-S2 dengan Dua kali Ratoon pada Beberapa
Tingkat Populasi di KP Genteng
Populasi
Tanaman/ha
|
Hasil
Sorgum dari (biji kering kg/ha)
|
||
Tanaman
Induk
|
Ratoon I
|
Ratoon
II
|
|
100.000
|
3.648
|
4.566
|
4.380
|
150.000
|
4.188
|
4.685
|
4.488
|
200.000
|
4.359
|
4.931
|
4.559
|
250.000
|
4.573
|
5.165
|
4.945
|
Sumber
: Badan Pengendali Bimas, 1983
4.2
Pasca Panen
a.Pengeringan
Pengeringan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dijemur dibawah sinar
matahari atau dengan menggunakan mesin pengering. Lama penjemuran
hingga biji sorgum berkadar air 12% – 14% adalah sekitar 60 jam.
b.
Perontokkan
Biji
sorgum dirontokan dari malainya dengan cara diirik atau dapatpula
dengan menggunakan mesin perontok. Biji sorgum dibersihkan dari
kotoran atau limbah (sekam) kemudian dijemur ulang dengan disebarkan
secara merata diatas lantai jemur.
c.Pewadahan
dan Penyimpanan
Biji
sorgum segera diwadahi dalam karung, tiap karung sebaiknya
berkapasitas 25 kg 50 kg, kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan
yang kering dan berventilasi baik.
V.PROSPEK,
KENDALA, DAN SOLUSI PENGEMBANGAN SORGUM
5.1Potensi
Lahan dan Produksi Sorgum
Areal
yang berpotensi untuk pengembangan sorgum di Indonesia sangat luas,
meliputi daerah beriklim kering atau musim hujannya pendek serta
tanah yang kurang subur. Daerah penghasil sorgum dengan pola
pengusahaan tradisional adalah Jawa Tengah (Purwodadi, Pati, Demak,
Wonogiri), Daerah Istimewa Yogyakarta (Gunung Kidul, Kulon Progo),
Jawa Timur (Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo), dan sebagian
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Di
lahan tegal dan sawah tadah hujan, sorgum ditanam sebagai tanaman
sisipan atau tumpang sari dengan padi gogo, kedelai, kacang tanah
atau tembakau, sehingga luas tanaman sorgum yang sesungguhnya agak
sulit diukur. Demikian juga di lahan sawah, sorgum sering ditanam
secara monokultur pada musim kemarau, namun sejak awal tahun 1980-an
tanaman ini terdesak oleh tanaman lain, seperti jagung, kedelai,
tebu, semangka, dan mentimun.
Rata-rata
luas tanam dan produktivitas sorgum pada beberapa daerah sentra
produksi sorgum di Indonesia cukup bervariasi (Tabel 3). Variasi
tersebut disebabkan oleh perbedaan agroekologi serta teknologi budi
daya yang diterapkan oleh petani, terutama varietas dan pupuk.
Pengusahaan sorgum terbesar di Indonesia terdapat di Jawa Tengah,
disusul oleh Jawa Timur, DI Yogyakarta, serta NTB dan NTT. Rata-rata
produktivitas sorgum tertinggi dicapai di Amerika Serikat, yaitu 3,60
t/ha, bahkan secara individu dapat mencapai 7 t/ha.
Tabel
4. Rata-rata luas tanam dan produktivitas sorgum di beberapa daerah
sentra
sorgum di Indonesia
Tempat/tahun
|
Luas
tanam (ha)
|
Produksi
(t)
|
Produktivitas
(t/ha)
|
Jawa
Tengah (1973−1983)
|
15309
|
17.350
|
1,13
|
Jawa
Timur (1984−1988)
|
5963
|
10.522
|
1,76
|
DI
Yogyakarta (1974−1980)
|
1813
|
670
|
0,37
|
Nusa
Tenggara Barat (1993/94)
|
30
|
54
|
1,80
|
Nusa
Tenggara Timur (1993/94)
|
26
|
39
|
1,50
|
Sumber:
Sirappa, 2003
Produktivitas
yang tinggi ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi budi daya
secara optimal, antara lain penggunaan varietas hibrida,
pemupukan secara optimal, dan pengairan. Sebaliknya di beberapa
negara produsen sorgum, rata-rata produktivitas sorgum masih di bawah
1 t/ha, yang disebabkan oleh pengaruh iklim yang kering, penggunaan
varietas lokal yang hasilnya rendah, pemupukan minimal, dan penanaman
secara tumpang sari. Luas areal sorgum dunia sekitar 50 juta
hektar setiap tahun dengan total produksi 68,40 juta ton dan
rata-rata produktivitas 1,30 t/ha. Negara penghasil sorgum
utama adalah India, Cina, Nigeria, dan Amerika Serikat, sedangkan
Indonesia termasuk negara yang masih ketinggalan, baik dalam
penelitian, produksi, pengembangan, penggunaan, maupun ekspor sorgum.
Meskipun
dalam jumlah yang terbatas, produksi sorgum Indonesia telah diekspor
ke Singapura, Hongkong, Taiwan, Malaysia, dan Jepang untuk digunakan
sebagai bahan baku pakan serta industri makanan dan minuman. Ekspor
sorgum selama Pelita V mencapai 1.092.400 kg dengan nilai US$
116.211, sedangkan impor sorgum mencapai 4.615 kg atau US$ 3.988,
sehingga masih terjadi net ekspor 1.087.785 kg atau perolehan nilai
devisa US$ 112.233.
Hingga
kini, perkembangan produksi sorgum nasional belum masuk dalam
statistik pertanian, yang menunjukkan bahwa komoditas tersebut belum
mendapat prioritas untuk dikembangkan. Namun ditinjau dari
daerah pengusahaan yang cukup luas, rata-rata produktivitas yang
lebih tinggi dibanding Negara produsen utama sorgum, serta adanya
defisit permintaan sorgum di beberapa negara, sorgum mempunyai
prospek yang cukup cerah di Indonesia
5.2
Prospek Sorgum sebagai Bahan Pangan, Pakan, dan Industri
Penggunaan
sorgum sangat beragam, tetapi secara garis besar dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai bahan pangan, bahan pakan, dan
bahan industri.
Sorgum
sebagai Bahan Pangan
Sorgum
mempunyai potensi cukup besar sebagai bahan pangan, namun
pemanfaatannya belum berkembang karena pengupasan biji sorgum cukup
sulit dilaksanakan. Di Indonesia, biji sorgum digunakan sebagai bahan
makanan substitusi beras, namun karena kandungan taninnya cukup
tinggi (0,40−3,60%), hasil olahannya kurang enak. Masalah ini telah
dapat diatasi dengan memperbaiki teknologi pengolahan. Kulit
biji dan lapisan testa dikikis dengan menggunakan mesin penyosoh
beras merek “Satake
GrainTesting Mill”
atau “Satake
Polisher Rice Machine”
yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu dengan permukaan yang
kasar.
Kandungan
nutrisi sorgum juga cukup tinggi dibanding bahan pangan lainnya,
sehingga cukup potensial sebagai bahan pangan substitusi beras.
Begitu pula kandungan asam aminonya tidak kalah dengan bahan makanan
lainnya. Beberapa jenis makanan dari sorgum berdasarkan cara
pengolahannya yaitu :
•
Makanan
sejenis roti tanpa ragi, misalnya chapati, tortila.
•
Makanan
sejenis roti dengan ragi, misalnya injera, kisia, dosai.
•
Makanan
bentuk bubur kental, misalnya to, tuwu, ugali, bagobe, sankati.
•
Makanan
bentuk bubur cair, misalnya ogi, ugi, ambili, edi.
•
Makanan
camilan, misalnya pop sorgum, tape sorgum, emping sorgum.
•
Sorgum
rebus, misalnya: urap sorgum, som.
•
Makanan
yang dikukus, misalnya couscous, wowoto, juadah-sorgum.
Sorgum
sebagai Pakan Ternak
Penggunaan
biji sorgum dalam ransum pakan ternak bersifat suplemen (substitusi)
terhadap jagung, karena nilai nutrisinya tidak berbeda dengan jagung.
Namun karena kandungan tannin yang cukup tinggi (0,40-3,60%), biji
sorgum hanya digunakan dalam jumlah terbatas karena dapat
mempengaruhi fungsi asam amino dan protein. Kandungan tanin
dalam ransum di atas 0,50% dapat menekan pertumbuhan ayam, dan
apabila mencapai 2% akan menyebabkan kematian.
Biji
sorgum dapat diberikan langsung berupa biji atau diolah terlebih dulu
dan dicampur dengan bahan-bahan lain dengan komposisi sebagai
berikut: biji sorgum 55-60%, bungkil kedelai/kacang tanah 20%, tepung
ikan 2,50-20%, dan vitamin-mineral 2-8%. Penggunaan sorgum 30−60%
dalam ransum tidak berpengaruh terhadap performa ayam. Sorgum dapat
mengganti seluruh jagung dalam ransum pakan ayam, itik, kambing,
babi, dan sapi tanpa menimbulkan efek samping.
Penggunaan
biji sorgum dalam ransum dengan berbagai rasio tidak mempengaruhi
produksi telur dan bobot ayam. Limbah sorgum (daun dan batang segar)
dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak. Potensi daun sorgum
manis sekitar 14-16% dari bobot segar batang atau sekitar 3 t daun
segar/ ha dari total produksi 20 t/ha. Setiap hektar tanaman sorgum
dapat menghasilkan jerami 2,62 t bahan kering. Konsumsi rata-rata
setiap ekor sapi adalah 15 kg daun segar/hari.
Daun
sorgum tidak dapat diberikan secara langsung kepada ternak, tetapi
harus dilayukan dahulu sekitar 2-3 jam. Nutrisi daun sorgum setara
dengan rumput gajah dan pucuk tebu. Komposisi kimia dari limbah
sorgum yang didukung oleh nilai daya cerna dan komponen serat dari
limbah tersebut, tidak kalah dibanding jerami jagung dan pucuk tebu.
Sorgum
sebagai Bahan Industri
Biji
sorgum mengandung 65-71% pati yang dapat dihidrolisis menjadi gula
sederhana.
Biji sorgum dapat dibuat gula atau glukosa cair atau sirup fruktosa
sesuai dengan kandungan gula pada biji. Gula sederhana yang diperoleh
dari biji sorgum selanjutnya dapat difermentasi untuk menghasilkan
alkohol.
Setiap
ton biji sorgum dapat menghasilkan 384 liter alkohol. Alkohol umumnya
dibuat dari biji sorgum yang berkualitas rendah atau berjamur.
Alkohol dapat juga dibuat dari nira sorgum yang terdapat dalam
batang. Kualitas nira sorgum manis setara dengan nira tebu, kecuali
kandungan amilum dan asam akonitat yang relative tinggi. Kandungan
amilum yang tinggi tersebut merupakan salah satu masalah dalam proses
kristalisasi nira sorgum sehingga gula yang dihasilkan berbentuk
cair. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pusat Penelitian Perkebunan
Gula Indonesia (P3GI) telah merekayasa alat “Amylum
Separator”
yang mampu menurunkan kandungan amilum sampai 50% dari kadar awal.
Biji
sorgum juga dapat dibuat pati (starch)
yang berwarna putih. Pati sorgum digunakan dalam berbagai
industri, seperti perekat, bahan pengental, dan aditif pada industri
tekstil, sedangkan hasil samping dari pembuatan pati dapat digunakan
sebagai makanan ternak. Pati merupakan bahan utama pada berbagai
sistem pengolahan pangan, antara lain sebagai sumber energi utama,
serta berperan sebagai penentu struktur, tekstur, konsistensi, dan
penampakan bahan pangan.
Sorgum
dapat digunakan sebagai pengganti dalam industri pati jagung karena
adanya beberapa persamaan, namun ekstraksi pati sorgum masih menjadi
masalah. Pengikatan pati pada sorgum berkisar antara 35-38%,
sedangkan pada jagung 8-15% .
Produk
industri penting dari biji sorgum adalah bir. Selama dekade terakhir,
biji sorgum dapat menggantikan barley dalam pembuatan bir. Sifat
kimia biji sorgum yang sangat penting dalam pembuatan bir adalah
aktivitas diastatik, alfa-amino nitrogen, dan total nitrogen yang
dapat larut. Namun, konsentrasi amilopektin yang tinggi dalam pati
sorgum menyebabkan pati sangat sulit dihidrolisis. Aktivitas
diastatik yang tinggi dapat meningkatkan fraksi albumin-globulin
protein, di mana albumin dan alfa-amino protein digunakan untuk
faktor rasa, stabilitas busa, dan kepekaan dingin dari bir.
5.3
Kendala dan Solusi Pengembangan Sorgum
Dalam
upaya memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan bahan industri yang terus
meningkat, serta untuk meningkatkan pendapatan petani di daerah
beriklim kering, pengembangan sorgum merupakan salah satu alternatif
yang dapat dipilih.
Di
daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan atau mendapat genangan
banjir, tanaman sorgum masih dapat diusahakan. Oleh karena itu,
terdapat peluang yang cukup besar untuk meningkatkan produksi sorgum
melalui perluasan areal tanam. Pengembangan sorgum juga berperan
dalam meningkatkan ekspor nonmigas, mengingat pemanfaatan sorgum di
luar negeri cukup beragam. Menurut Direktorat Bina Usaha Tani dan
Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, volume ekspor sorgum Indonesia ke
Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Malaysia mencapai 1.092,40 ton atau
senilai US$ 116.211. Demikian juga di Thailand, pada tahun 1979
ekspor sorgum dapat menyumbang devisa 371 juta Bath (Rp 26 miliar)
dari volume ekspor 170.000 ton ke Jepang, Taiwan, Singapura,
Malaysia, daTimur Tengah. Dengan demikian terdapat peluang untuk
meningkatkan ekspor sorgum ke luar negeri.
Tantangan
dalam pengembangan sorgum adalah harga sorgum di tingkat petani yang
rendah terutama pada saat panen serta kesulitan dalam pengupasan
biji. Nilai sorgum yang rendah dapat diatasi apabila sorgum dapat
diangkat menjadi salah satu komoditas strategis dalam pengembangan
sistem agribisnis dan agroindustri. Sementara itu kesulitan
pengupasan biji sorgum diatasi dengan pengadaan mesin penyosoh beras
tipe “Satake
Polisher Rice Machine”.
Penyosohan dengan alat ini dapat menghasilkan beras sorgum yang
bersih dan tidak pahit.
Masalah
penggunaan sorgum sebagai bahan pakan adalah kandungan tanin yang
cukup tinggi. Namun masalah ini dapat diatasi dengan menyosoh beras
sorgum dengan mesin penyosoh beras yang dilengkapi dengan silinder
gurinda batu.
Demikian
juga jerami sorgum cukup potensial sebagai pakan ternak, namun
kandungan serat, lignin dan silika yang tinggi serta kadar nitrogen
yang rendah merupakan kendala pemanfaatan jerami sorgum untuk pakan.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas jerami
sorgum melalui suplemen urea atau amoniasi urea.
Tantangan
pengembangan sorgum meliputi aspek teknologi budi daya dan pascapanen
serta jaminan pasar dan permintaan. Walaupun teknologi budi daya
sorgum spesifik lokasi belum tersedia, teknologi budi daya sorgum
hampir sama dengan jagung, sehingga tantangan yang paling mendasar
adalah penyediaan teknologi pascapanen baik primer maupun sekunder
serta jaminan pasar dan permintaan.
Secara
umum, masalah utama dalam pengembangan sorgum adalah sebagai berikut
:
- Nilai keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi sorgum relative rendah
dibandingkan
komoditas serealia lain.
2.
Pascapanen sorgum (peralatan dan pengolahan) pada skala rumah tangga
masih sulit dilakukan.
3.
Pangsa pasar sorgum belum kondusif, baik di tingkat regional maupun
nasional.
4.
Penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum di tingkat
petani belum intensif.
5.
Biji sorgum mudah rusak selama penyimpanan.
6.
Ketersediaan varietas yang disenangi petani masih kurang.
7.
Penyediaan benih belum memenuhi lima tepat (jenis, jumlah, mutu,
waktu, dan tempat).
5.4
Dukungan Teknologi dan Kebijakan Operasional
Untuk
menciptakan sistem agribisnis dan agroindustri sorgum, ketersediaan
teknologi mutlak diperlukan, yang meliputi teknologi budi daya serta
pascapanen/ pengolahan . Teknologi budi daya sorgum meliputi:
- varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan kekeringan, genangan, dan ratun, rasa manis dengan rendemen gula tinggi dan kadar amilum rendah,
2.
teknologi budi daya spesifik lokasi,
3.
perlindungan tanaman secara terpadu, serta
4.
pengaturan saat tanam/pergiliran tanaman.
Teknologi
tersebut diperoleh melalui penelitian yang meliputi :
a.
penelitian teknologi budi daya sorgum spesifik lokasi,
b.
penelitian terapan, dan
c.
penelitian terpadu dan terapan di lahan petani (on-farm
research).
Program
pengembangan sorgum mencakup:
1.
evaluasi teknologi dan penyusunan paket teknologi,
2.
penyebaran varietas unggul,
3.
pengembangan interaksi antara peneliti, penyuluh, instansi terkait,
dan petani dalam proses alih teknologi, dan
4.
pemantauan bersama antara peneliti, penyuluh, instansi terkait,
pengambil kebijakan, dan petani pada penelitian di lahan petani.
Dalam
pengembangan sorgum untuk industri diperlukan keterkaitan antara
kebijakan pemerintah, petani produsen, dan industry mulai dari
penelitian (perakitan teknologi), pengembangan (alih teknologi),
produksi (penyediaan sarana produksi), pelaksanaan
agribisnis/agroindustri (pengumpulan, penyimpanan, pemasaran, dan
pengolahan), dan penggunaan hasil (industry makanan dan minuman,
industri pakan,
industri
gula dan maltose, dan ekspor).
Pengembangan
sorgum perlu memperhatikan empat hal yaitu:
1.
wilayah/ tipologi lahan, (areal tanaman sorgum),
2.
sosial (sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian
dari usaha taninya),
3.
ekonomi (nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap
komoditas lain), dan
4.
industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri).
VI.KESIMPULAN
Sorgum
merupakan salah satu tanaman serealia yang cukup potensial untuk
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daya adaptasi lingkungan
yang cukup luas. Teknik budidaya tanaman yang relatif mudah; tidak
banyak perbedaan dengan budidaya tanaman jagung yang sudah biasa
dilakukan oleh petani.
Biji
sorgum dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, sebagai bahan
pakan ternak, dan sebagai bahan baku industri. Biji sorgum mempunyai
nilai gizi setara dengan jagung, namun kandungan taninnya tinggi dan
biji sulit dikupas. Perbaikan teknologi pengolahan dengan menggunakan
penyosoh beras merek “Satake
Grain Testing Mill”
yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu dapat mengatasi masalah
tersebut.
Masalah
utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan komparatif dan
kompetitif sorgum yang relatif rendah, penerapan teknologi pascapanen
yang masih sulit, biji mudah rusak dalam penyimpanan, dan usaha tani
sorgum di tingkat petani belum intensif.
Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan system produksi
sorgum secara menyeluruh (holistik) melalui empat dimensi, yaitu: 1)
wilayah (areal tanam sorgum), 2) ekonomi (nilai keunggulan komparatif
dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), 3) sosial (sikap dan
persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya),
dan 4) industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri
makanan dan pakan ternak).
0 komentar :
Post a Comment